Jakarta – Manchester United lolos ke final Liga Europa setelah berimbang 1-1 melawan Celta Vigo di semifinal. Setan Merah unggul agregat 2-1 melawan wakil Spanyol tersebut. Mereka akan menantang Ajax Amsterdam yang juga berhasil lolos ke final.
Partai semifinal yang berlangsung di Old Trafford ini berlangsung dramatis. Tuan rumah berhasil unggul terlebih dahulu melalui tandukan Marouanne Fellaini pada menit 17. Sang tamu kemudian membalas juga lewat tandukan, dari Facundo Roncaglia 5 menit sebelum laga usai.
Tuan rumah nyaris dipermalukan dan gagal ke final jika peluang terbuka John Guidetti menjelang bubaran berhasil dikonversi jadi gol. Dua kartu merah juga keluar dari saku wasit, masing-masing untuk kedua kesebelasan. Eric Baily dari United dan Roncaglia dari Celta Vigo diusir karena terlibat dalam insiden pertengkaran.
Permainan Bertahan Manchester United
Jose Mourinho menurunkan pemain yang sama dengan leg pertama lalu. Hanya saja pada formasi dasarnya sedikit berbeda. Jika sebelumnya dengan 4-3-3, kali ini sang manajer sedikit menurunkan kedua winger hingga menjadi 4-5-1.
Fungsinya jelas, yaitu agar pertahanan Setan Merah lebih kokoh karena sudah unggul agregat dan gol tandang. Bahkan ketika diserang, kedua sayap mereka, Jesse Lingaard dan Henrikh Mkhitaryan, turun sangat jauh. Di pertahanan bisa ada enam pemain Man United yang berjajar membentuk tembok.
Karena taktik itu maka Celta Vigo, meski tim tamu, bisa mendapatkan penguasaan bola hingga 60% pada babak pertama. Tapi karena kuatnya pertahanan United, mereka tetap kesulitan dalam mencetak gol.
Pertahanan ini makin diperkokoh dengan kinerja tiga gelandang Setan Merah. Ander Herrera, Fellaini, dan Paul Pogba bekerja keras dalam duel bola. Lini tengah dari Celta Vigo yang dimotori oleh Iago Aspas menjadi kesulitan untuk menembusnya.
Tapi cara Mourinho dalam menyusun strategi ini tentu juga ada akibatnya. Mereka jadi kesulitan dalam menyerang, bahkan untuk sekadar melakukan serangan balik, karena hanya menyisakan Marcus Rashford sendirian di depan.
Bahkan kedua fullback jarang untuk naik membantu sektor depan. Mereka cenderung menetap di belakang, bahkan hingga merapat ke kotak penalti jika diserang. Karena kedua sayap, seperti yang disebutkan di atas, juga turun membantu pertahanan.
Keunggulan Kemampuan Individu yang Jadi Andalan
Keunggulan Kemampuan Individu yang Jadi Andalan
Seperti yang kita ketahui, bahwa Man United punya banyak nama mentereng di skuat mereka sekarang. Transfer jor-joran yang dilakukan dua musim terakhir membuat banyak pesepakbola top berseragam merah.
Keunggulan tersebut yang sangat terlihat pada pertandingan kali ini. Bahkan gol pembuka yang tercipta tak lepas dari faktor individu.
Mkhitaryan berhasil mengecoh lawan di sektor sayap yang kemudian memberi umpan kepada Rashford. Lalu melalui umpan yang sangat terukur dan jeli, penyerang muda ini mengirim bola ke kotak penalti. Setelah itu Fellaini yang minim penjagaan memanfaatkan kemampuannya dalam menyundul bola dan akhirnya jadi gol.
Tak cuma soal terciptanya gol, sepanjang pertandingan kita juga bisa melihat bagaimana Celta Vigo dalam duel lini tengah selalu kalah. Tembok kokoh dari United bisa saja ditembus seandainya ada pemain yang bisa melakukan 1 atau 2 aksi individu untuk mengecoh lawan. Tidak ada momen-momen ajaib yang diciptakan oleh anak asuh Eduardo Berizzo ini.
Beda lagi dengan sang lawan yang dimotori oleh pemain termahal dunia Paul Pogba. Mereka bisa melakukan ancaman dan menciptakan peluang meski tanpa bantuan dari rekannya. Marcus Rashford yang sendirian di depan bahkan bisa mengajak adu lari dan membuat repot para bek Celta Vigo.
Pragmatisme Mourinho yang Nyaris Jadi Bumerang
Pada babak kedua, dalam kondisi tertinggal agregat 0-2, Celta Vigo melakukan perubahan. Selepas turun minum Daniel Wass ditarik keluar dan digantikan oleh
Jozabed.
Jozabed.
Masuknya tenaga segar di sektor gelandang serang ini membuat warna baru dalam permainan. Tak ada lagi berlama-lama menguasai bola di tengah. Begitu ada kesempatan serangan agresif langsung dilancarkan.
Gawang dari Man United yang dijaga Sergio Romero terus digempur dengan serangan bertubi-tubi. Namun karena penampilan gemilang kiper asal Argentina terebut, tak ada tembakan yang bisa tembus menjadi gol.
Namun dalam prinsip dasar sepakbola, selalu dibutuhkan keseimbangan dalam menjalankan permainan. Terus fokus pada menyerang membuat mereka beberapa kali juga harus kecolongan. Lini tengah yang naik membuat Celta Vigo menjadi rentan terkena serangan balik.
Tak juga menghasilkan gol, Eduardo Berizzo kemudian menambah daya gedor anak asuhnya. Ia menarik keluar Nemanja Radoja yang merupakan gelandang bertahan. Sebagai gantinya gelandang serang Theo Bongonda dimasukkan.
Bisa ditebak dengan mudah, pertahanan Celta Vigo menjadi lebih rentan. Tapi bukan Mourinho namanya jika tidak mementingkan hasil ketimbang permainan di lapangan. The Special One justru menarik keluar Mkhitaryan dan menggantinya dengan Michael Carrick.
Kesempatan untuk mengeksekusi lawan agar “mati” lebih cepat tidak ia manfaatkan. Keunggulan dua gol yang didapat dirasa cukup untuk bermain aman sampai akhir pertandingan.
Gawang Man United akhirnya kebobolan pada menit 85; Roncaglia tak terkawal dengan baik dan berhasil menyundul sehingga jadi gol. Petir nyaris menyambar Old Trafford ketika hanya beberapa detik pasca peluit panjang Celta Vigo mendapat peluang emas. Beruntung bagi MU karena Guidetti gagal menggapai bola pada peluang terbuka di dalam kotak penalti.
Kesimpulan
Penggemar Man United yang menonton pertandingan ini tentu sepakat bahwa mereka dibuat senam jantung sepanjang 90 menit. Setan Merah justru lebih sering tertekan meskipun lebih menterang ditinjau dari nama besar dan materi pemain.
“Manchester United seharusnya bisa menang 2-0 atau 3-0 melawan Celta Vigo dan lebih bisa memanfaatkan momentum. Tapi mereka seperti membuatnya sulit. Ini pula yang membuat mereka kesulitan mencetak gol selama musim ini,” kata legenda MU, Roy Keane.
Tanpa meremehkan kemampuan Mourinho, seharusnya manajer asal Portugal tersebut lebih berani dalam meramu taktik. Main aman yang dia usung, atau dengan kata lain pragmatis, kerap membuat kesulitan. Sudah beberapa kesempatan menang yang kemudian hilang hanya karena ia tak berani ambil risiko.
Sampai-sampai ada julukan baru untuk Old Trafford, yang menjadi kandang MU: Theatre of Draws.
Sampai-sampai ada julukan baru untuk Old Trafford, yang menjadi kandang MU: Theatre of Draws.
0 comments:
Post a Comment